Warta Journalizm

Warta Journalizm KPI IAIN Kudus

Post Page Advertisement [Top]

Forever Love

Forever Love
Oleh : Nuril Lisdhayanti

Aku ingin tetap mencintaimu
Inilah yang aku rasakan tentangmu...
Kau adalah tempat dimana aku menemukan kepercayaan
Untuk bicara bahwa aku butuh seorang pendengar
Kau adalah tempat dimana aku merasa nyaman
Kau adalah tujuan ketika aku ingin membawa rasa cintaku
Bukan dengan kesadaranku,melainkan hanya dengan  hatiku
Bahwa aku tulus mencintaimu....
Aku ingin mencintaimu dengan membuatmu mengerti
Bahwa aku mungkin akan meninggalkan persinggahanku dihatimu..

Aku masih berada didalam kamar, saat telepon genggamku berbunyi entah siapa yang menghubungiku sepagi ini, sontak aku hanya bisa bertanya-tanya dalam hati, tanpa pikir panjang aku langsung mengambil hp di meja riasku, dan ternyata hpku sudah tidak berbunyi lagi, setelah kulihat ternyata  radit yang meneleponku. Dalam hati aku merasa cemas , kalau dari yang lain mungkin aku tak merasa cemas, tapi tidak kalau dari orang yang aku sayang  dan memahami hidupku. Aku langsung menelepon balik namun ia tak juga mengangkatnya , aku benar- benar panik  aku selalu khawatir dengan keadaanya. Apalagi sedari tadi pagi nomor handphonenya tak pernah aktif.

Selang beberapa menit hpku berdering, senyum mengembang ketika nama radit berkedip-kedip dilayar.
”Halo..!” aku mengawali pembicaan, yang aku dengar suara isakan tangis dari seberang.
“zura..!” ujarnya. aku tak mendengar kata-kata lain selain isakan tangis.
“kamu kenapa?” ujarku
“maafkan aku!”
“maaf kenapa ?” ujarku sambil bertanya-tanya.
“aku akan menikah !”

Deg...!! jantungku terhenti seketika. Bumi seolah berhenti berputar. Air mata menetes seketika, hal yang paling sulit aku terima. Walau ini demi kebaikan dia, aku benar-benar tak menyangka kalau radit akan meninggalkan kebersamaan ini. 

”kamu pasti bisa, dit. kamu harus yakin siapapun perempuan yang akan mendampingimu. Dialah jodoh sesungguhnya yang dikirim tuhan untukmu”. Aku berusaha menenangkan, walau dalam hatiku hancur, dan aku merasa mati seketika, namun aku sadari semua ini bukan keinginan radit melainkan keinginan orangtuanya, karena orangtuanya yang tak menyukai diriku dan keluargaku. Jika digambarkan hatiku hancur berkeping-keping, bukan dari penghianatan radit, tapi dari kenyataan ini. Mungkin radit adalah orang abadi yang yang aku cintai, tapi ini hanya cinta semu, yang orang lain tak mampu memahami, betapa besarnya arti cinta ini, karen sejatinya cinta tak memandang harta/kekayaan.

”aku sayang kamu zur, sampai kapanpun kamu orang yang paling aku sayang, akupun tak ingin semua ini terjadi, aku mencintaimu”.

Kudengar ketulusan cinta seorang radit, aku hanya bisa menangis tersudut didalam kamar. Sesuatu yang paling aku takuti terjadi, tanpa disadari kita seperti bermain drama di panggung dan harus terlihat sempurna didepan orang banyak. Namun banyak orang yang tak mau memahami diri kita. Perlahan aku mulai sadar bahwa kehadiran seseorang yang akan mendampingi radit, membuat aku harus menyadari kalau aku harus memberi jarak, aku selalu berdoa dan berharap, kalau orang drai pilihan ibunya adalah seseorang yang terbaik. Radit mungkin terlahir lebih beruntung dariku, ia memiliki fisik yang tampan, dia juga dari keluarga yang kaya. Namun tak ada kesembongan dari dirinya. 

Aku tak ingin melihat dia merasa kesedihan dihari pernikahan nya. Untuk itu aku berfikir tak ingin datang dihari pernikahannya. Namun aku juga takut ia kecewa tak bisa melihatku dihari bahagiannya. Kalau saja bisa berteriak, mungkin aku akan berteriak sekeras-kerasnya, sulit untuk dimengerti, mungkin aku ingin kembali kemasa-masa  disaat kami bersama. Betapa besarnya beban hidup ku ini, kurebahkan tubuhku ditempat tidur, tanpa kusadari aku sudah menghabiskan 2 box tisu, tapi air mata tak ada gunanya hanya menambah kesedihan dan lara hati yang mendalam. 

Aku berdiri disebuah keramaian, diantara tawa renyah para tamu undangan yang akan menyaksikan pernikahan radit. Setelah pernikahan usai, aku meminta izin pulang, aku tak kuasa melihat sosok orang yang aku cintai dan bersamaku hampir 2 tahun itu. Aku tak mampu membohongi diri tersenyum dalam hati aku menangis, yah...hatiku bagai disayat pisau tajam yang perih dan pedih. Walau aku berusaha terus menerus menguatkan diri bahwa aku sanggup tapi pada kenyataannya aku tak sanggup.

Selang menjalani hidup berhari hari tanpa radit memang terasa hampa.Tak ada sms, telpon, bbm, wa, ataupun line. Namun aku tak ingin meghubunginya, biarlah dia menemukan kebahagiaan hidupnya bersama istrinya. Sebulan kemudian aku mendengar kabar bahwa radit sakit akut dan dirawat dirumah sakit. Malam itu aku menemani radit dirumah sakit ketika istrinya pulang mengambil baju radit, senyumku melebar tatkala tangan radit mulai tergerak, radit nampaknya bergulat dengan maut, nafasnya tersenggal seolah tercekik  aku panik bukan main senyumku berubah menjadi tangisan ,aku berteriak sekencang-kencangnya memanggil dokter dan....tuhan menyayangi radit ...ia pergi membawa duka yang mendalam dan betapa hancurnya hatiku mengingat kepergian abadinya .

 Radit mungkin bukan seseorang yang mampu abadi denganku. Namun aku percaya ia adalah cinta sejatiku, aku mencintainya, seperti langit yang tak akan bosan mencintai buminya. Raganya tak mampu kusentuh namun cintanya selalu ada didalam lubuk hatiku.Kita kan selalu saling mengikat selamanya... forever love.

No comments:

Post a Comment