Warta Journalizm

Warta Journalizm KPI IAIN Kudus

Post Page Advertisement [Top]

Ngabuburit Sambil Berburu Takjil di Kampung Ramadhan Desa Alasdowo

Ngabuburit Sambil Berburu Takjil di Kampung Ramadhan Desa Alasdowo
   


Warta Jurnalism, Pati- Tampaknya aktivitas wajib di bulan Ramadhan, seperti buka puasa  bersama, ngabuburit, hingga berburu makanan Takjil tidak bisa ditinggalkan. Seakan sudah mengakar dan menjadi kebiasaan bagi masyarakat ketika bulan Ramadhan, salah satunya di Kampung Ramadhan Alasdowo Pati, Kamis, (23/05/2019).

Menjelang waktu berbuka puasa, Matahari mulai terlihat tenggelam perlahan. Langit menampakkan senjanya yang indah, menambah suasana semakin hangat dan menyenangkan. Kami menyempatkan diri melihat-lihat lokasi Kampung Ramadhan yang konon baru ada di wilayah ini. Takjil pun menjadi buruan paling laris, terutama di Desa Alasdowo.

Kampung Ramadhan di Desa Alasdowo ini pertama kali diselenggarakan di Lapangan desa Alasdowo oleh Pemuda Masjid Jamiyatul Wathon Alasdowo. Beragam kuliner dan makanan berbuka atau takjil dijajakan di sana, harganya pun cukup hemat di kantong.

Kami mencoba mencari tahu ketua panitia yang berhasil menggelar acara selama bulan ramadhan ini yang cukup meriah. Alhasil dari pencarian bertanya ke sana ke mari, kami akhirnya menemukan sesosok pria muda sedang duduk di sebuah bangku kedai makanan ringan. Ia sesekali tersenyum dan matanya berkaca-kaca memandang sekitar, mungkin saja terharu. Sebut saja Syahrriyal Arif. 

"senang mbak, alhamdulillah. Orang-orang pada senang ada acara ini. Adanya acara ini semata-mata untuk mensyiarkan bulan suci ramadhan dengan cara bekerjasama dengan masyarakat guna menyambut bulan suci ramadhan". 

Setelah berbicara cukup panjang dengannya, Kami melanjutkan jalan-jalan di sudut lain dari lokasi Kampung Ramadhan ini. Sesekali Kami berhenti dan menimbang-nimbang apa yang cocok Kami bawa pulang untuk berbuka puasa.

Sebanyak 30 pedagang yang menjajakan beragam panganan. Aktivitas pedagang di sana mulai terasa saat menjelang Ashar. Saat itu, para pedagang mulai sibuk menata barang dagangan mereka.

Tepat pukul 15.00 WIB, tempat ini berubah menjadi sentra kuliner. Antusias masyarakat di sana sangat tinggi sehingga setiap harinya kampung Ramadhan selalu dipadati oleh pengunjung, mereka berbondong-bondong berdatangan. Ketika sudah menjelang waktu berbuka puasa, jumlah pengunjung yang datang kian banyak.

Berbagai menu takjil dijual, mulai dari minuman seperti Es buah, Sup buah, Kacang Hijau dan Kolak, sampai cemilan seperti Piscok (pisang coklat), Bala-bala, Sempolan dan lain sebagainya. Tidak hanya makanan ringan saja, akan tetapi juga menyediakan makanan berat lainnya yang dijajakan. Masyarakat tinggal memilih menu apa yang diinginkan.

"alhamdulillah mbak, seneng mbak. Ora kadoan maneh golek koyok ngene pas poso-poso mbak. Ijeh nek kene yo meriah ono barang dengah, yo tambah seneng aku", sebut saja Dilla, salah satu pengunjung yang senang dengan adanya acara ini. Kami melihatnya memborong beberapa makanan dan minuman takjil, seperti Es Buah, Piscok dan lain sebagainya.

Kami kembali melanjutkan jalan-jalan ke sudut lain. Kami cukup kagum, karena terdapat tempat Selfi Corner yang bisa digunakan untuk foto-foto bagi pengunjung. Semakin sore suasana bertambah hangat dengan adanya panggung hiburan seperti Hadroh, Rebana dan lain-lain. 

Tidak kalah menarik, juga ada arena bermain untuk anak-anak. Diperuntukan bagi pengunjung yang mengajak anaknya, bisa sambil mengajaknya untuk bermain sekaligus ngabuburit. Ini merupakan salah satu cara untuk menarik minat pengunjung agar berdatangan dan juga sebagai hiburan agar pengunjung tidak merasa jenuh.

Dengan adanya kampung ramadhan ini menjadi keberkahan sendiri bagi para pedangang dari desa Alasdowo sendiri maupun dari luar desa Alasdowo.

Ely, salah satu pedagang mengatakan kegiatan ini sangat positif dan sangat bermanfaat, " dengan adanya kampung ramadhan ini memberi keuntungan dari hasil menjual makanan, belum ada sebelumnya mbak. Ini bisa menambah rezeki siapapun. Pengunjung banyak." ungkapnya pada Kami sembari ia menawarkan barang dagangannya.

"Enggak pengen beli Gorengan ini mbak?". Tanyanya. "Ya buk, boleh. Lima saja", jawab saya sebagai penutup obrolan panjang kami. Akhirnya setelah berbincang lebar dengannya, Kami segera bergegas pulang ke rumah.

Saya rasa, masyarakat pedesaan semakin maju pemikirannya dan berani melakukan inovasi. Contohnya seperti ini. Hal ini cukup menambah berkah di bulan Ramadhan sebab bisa menyenangkan banyak orang. (Falinda Armita)

No comments:

Post a Comment