Warta Journalizm

Warta Journalizm KPI IAIN Kudus

Post Page Advertisement [Top]

Festival Thong-thong Lek Sendangmulyo Rembang

Festival Thong-thong Lek Sendangmulyo Rembang

Warta Journalism, Rembang- Bulan ramadhan identik dengan budaya masyarakat yang senang melakukan kegiatan membangunkan sahur. Banyak sekali dijumpai ragam cara membangunkan sahur yang unik dan tidak membuat bosan, sehingga cukup mengusir rasa kantuk bagi sekelompok orang yang sering membangunkan sahur dengan mengelilingi wilayah masing-masing. 

Biasanya dilakukan oleh sekelompok orang dengan berteriak mengucap kata sahur sambil memukul alat-alat yang dibawa. Biasanya berupa bedug, tongtek dan variasi lainnya.

Hal ini tentunya dapat menginspirasi Kota Rembang untuk menjadikannya menjadi suatu Festival. Seperti yang dilakukan di Desa Sendangmulyo, Rembang. Tradisi cukup melegenda ini diberi nama Festival Thong-thong Lek.

Masyarakat Desa Sendangmulyo menggelar Festival Thong-thong Lek di Dusun Ngiri yang diikuti oleh 4 dusun di antaranya: Ngiri, Punggul, Galdowo dan Tengahan yang ikut memeriahkan acara, Kamis (30/06/19) silam.

Tujuan dari acara ini antara lain untuk memeriahkan bulan ramadhan, meramaikan desa agar kesenian tradisional tetap terjaga utuh, agar terjaga dari generasi ke generasi dan sebagai ajang untuk mempererat silaturahmi antar dusun.

Nama Thong-thong sendiri berasal dari perwujudan suara ketika alat kentongan dari bambu dipukul. Sedangkan lek artinya melek yang dalam bahasa jawa dapat diartikan dengan terjaga atau bangun.

Eddy (22), anggota karang taruna Desa Sendangmulyo menjelaskan, tradisi Thong-thong Lek awalnya merupakan tradisi membangunkan sahur pada umumnya saat bulan ramadhan, " acara ini terinspirasi dari banyaknya grup kotekan membangunkan orang sahur, sehingga oleh sekelompok masyarakat terpikir untuk menjadikannya sebuah Festival. Musiknya dikembangkan seiring perkembangan zaman", ungkapnya. 

Festival di Desa Sendangmulyo sendiri baru berjalan selama 3 Tahun ini. Festival ini terselenggara 2 hari sebelum acara Festival besar Thong-thong Lek di kota Rembang tingkat kabupaten pada 1 Juni 2019. Festival ini dimeriahkan oleh beberapa grup dengan kualitas yang tidak kalah dengan grup-grup yang bersaing di tingkat kabupaten Rembang. 

Beberapa grup yang ikut memeriahkan Festival ini memiliki nama jargon andalan, seperti Dusun Ngiri yang memegang jargon SSD (Semar Semoro Dewo), Dusun Punggul yang memegang jargon Rawa Rontek, Dusun Tengahan yang memegang jargon Wong Jowo dan Dusun Galdowo yang memegang jargon Lembu Sora. 

Antar dusun menonjolkan kekompakan antar warganya dengan memakai kaos sablon. Alat musik yang digunakan pun bebas akan tetapi harus sesuai dengan ketentuan panitia. Tidak ketinggalan alat utama yang digunakan adalah kentongan. 

Selebihnya bisa dikombinasikan sekreatif mungkin sesuai dengan selera. Masing-masing membawa alat musik dan membawa pengeras suara yang diangkut memakai truk atau pickup Colt untuk mengitari Desa. Tak ayal banyak warga di setiap dusun ikut memeriahkan dengan berjalan kaki untuk ikut mengitari desa yang berjarak kurang lebih 6 KM.



Acara dimulai sekitar pukul 18.00 WIB sampai puncak acara dan pengumuman pemenang dilakukan pukul 02.00 dini hari.

Dalam penilaiannya, para juri menilai dari beberapa aspek. Pertama, aransemen lagu. Kedua, kekompakan. Ketiga, keras tidaknya pukulan kentongan. Dan keempat, keindahan dekor dan beberapa aspek lainnya. Lagu yang dipersembahkan terdiri dari lagu wajib yaitu Kidung Wahyu Kolosebo dan lagu bebas.

Untuk menambah meriah Festival ini, pihak panitia mengadakan undian doorprize dengan syarat dan ketentuan berupa: Harus perempuan, memakai kaos grup masing-masing dan ikut kelilling desa sampai acara berakhir. Undian doorprize ini diumumkan ketika puncak acara seusai pengumuman pemenang Festival Thong-thong Lek.

Lokasi penilaian dan pengumuman kemenangan berada di perempatan utama Desa Sendangmulyo Dusun Ngiri.
Banyak warga yang berantusias untuk memeriahkan Festival. Baik dari anak-anak, kalangan muda maupun orang tua.

" Alhamdulillah, banyak warga berbondong-bondong memeriahkan acara. Sangat meriah dan cukup menghibur masyarakat desa sekitar dan juga mengharumkan nama Desa Sendangmulyo" , ujar Joko (20) salah satu warga yang hadir menyaksikan. Ia berharap acara tetap bisa berjalan dan berkembang tidak hanya dari grup dalam desa, tetapi dari luar desa ikut memeriahkan acara ini.

Setiap wilayah pasti memiliki tradisi atau keanekaragaman yang berbeda-beda seperti halnya yang ada di Rembang. Dan pastinya sama-sama mengandung dasar-dasar atau nilai-nilai penting di dalamnya yang senantiasa selalu mengingatkan masyarakatnya. 

Oleh karena itu, sebagai generasi muda kita harus bergerak lebih maju dan ciptakan kreativitas tanpa harus meninggalkan nilai penting di dalam sebuah tradisi atau keanekaragaman tersebut. Karena keragamanan menjadi indah apabila disatukan, termasuk dalam bidang kesenian. (Mila Sa'ada)

No comments:

Post a Comment