Warta Journalizm

Warta Journalizm KPI IAIN Kudus

Post Page Advertisement [Top]

Lasem, Ikon Toleransi Etnis Tionghoa

Lasem, Ikon Toleransi Etnis Tionghoa

wartajournalizm.web.id, Lasem- Hidup damai dalam keberagaman dengan penuh toleransi telah menjadi sebuah warisan yang selalu dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia. Salah satunya, Lasem. Kota kecil ini berada di kota Rembang bagian tengah. Lasem memiliki julukan sebagai kota Tiongkok kecil, sebab banyak memiliki bangunan yang berarsitektur Cina dan masih memiliki penduduk yang berlatar belakang Tionghoa.

Masyarakat Lasem berasal dari berbagai latar belakang dan etnis seperti Tionghoa, Jawa, dan Arab hidup rukun dan bersandingan selama berabad-abad lamanya. Kota Lasem terletak di wilayah pantai utara Jawa Tengah, kini menjadi salah satu ikon toleransi di nusantara. Kamis, (6/06/2019).

Laksamana Ceng Ho merupakan Penjelajah Nusantara. Pernah melabuhkan kapalnya di dermaga Lasem pada abad ke- 14. Kala itu Ceng Ho mengunjungi beberapa kota di Nusantara salah satunya adalah kota Lasem. Tujuannya untuk menjalin hubungan dagang dan misi diplomasi dengan beberapa penguasa di Nusantara.

Kedatangan Ceng Ho ini diterima dengan baik oleh banyak penguasa di Nusantara. Proses kehadiran dan peran warga etnis Tionghoa dalam kehidupan masyarakat Lasem yang berlangsung alami, membuat hubungan antar etnis di wilayah tersebut berlangsung cair dan harmonis.

Perilaku saling menghormati ini tak pernah koyak meski dihadapkan pada berbagai ujian dan tantangan. Salah satu ujian terhadap kerukunan di Lasem terjadi pada tahun 1740. Pada saat itu, di Batavia terjadi insiden kekerasan dan pembantaian warga etnis Tionghoa yang dilakukan VOC Belanda.

Menyusul peristiwa berdarah yang dikenal dengan sebutan Geger Pecinan ini membuat banyak warga Tionghoa. Mereka lari mengungsi dari Batavia ke kota-kota wilayah pantai utara Jawa. Di antaranya Semarang dan Lasem. Kedatangan warga Tionghoa diterima dengan baik oleh Adipati Lasem kala itu, Tumenggung Widyaningra. Adipati Lasem juga keturunan Tionghoa yang memiliki nama asli Wei Ing Yian.

Peristiwa di Batavia berhasil menyulut perlawan terhadap VOC yang dilakukan oleh warga etnis Tionghoa diberbagai kota termasuk di kota Lasem. Bahkan perang tersebut dipimpin oleh salah satu tokoh Lasem (Muslim), KH. Ali Baidlowi. Dari perang inilah kemudian yang mampu menyatukan warga dari berbagai etnis di Lasem. 

Mereka bersatu dan bersumpah sebagai saudara untuk bersama-sama mengenyahkan penjajah dari bumi Lasem.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Aziz dan  Pengamat Sejarah di Lasem, Gus Shiddiq mengatakan pada tahun 1980 itu tidak begitu besar dampaknya dibanding tahun 1998. Gerakan Pemuda Ansor (GPA) itu dari warga etnis Tionghoa malah merasa dilindungi. “Bahkan setiap malam itu dari pemuda-pemuda kampung, pemuda ansor khususnya berpatroli tiap malam", ungkapnya.

Untuk menjaga hubungan antar etnis terjaga dengan baik, dilakukan upaya-upaya warga Lasem seperti menceritakan kisah-kisah kebersamaan dan perjuangan antar etnis yang ada di Lasem dalam melawan penjajah.

Pengokohan toleransi antar etnis bukan hanya dijaga melalui cerita, namun juga dalam bentuk kesenian seperti produksi batik yang kental akan akulturasi budaya jawa-cina.
Salah satu tokoh Budayawan di Lasem, istri dari Gus Shiddiq, Umi Acik mengatakan Batik di Lasem itu serta merta, sangat jelas menandakan identitas Lasem.

“batik lasem ini mengekspresikan kelompok seperti warna, corak, dan sebagainya. Nah ini kan bisa dijadikan sebagai salah satu alat untuk merekatkan toleransi, kerukunan antar warga, Jelasnya.

Jika ditelusuri sejarahnya, batik itu berasal dari Cempa yang dibawa oleh Bie Nang Oun, salah satu anggota Laksamana Ceng Ho. Akhirnya semakin berkembang menjadi milik semua kalangan. Batik Lasem tidak hanya milik orang Tionghoa tapi juga milik masyarakat Lasem, masyarakat pribumi.

Bisa kita lihat saat ini tidak hanya etnis Tionghoa yang menjadi pengusaha Batik, akan tetapi juga dari kalangan etnis Jawa, kaum priayi dan santri yang memiliki usaha batik di Lasem. (Eka Heppy)

No comments:

Post a Comment