Warta Journalizm

Warta Journalizm KPI IAIN Kudus

Post Page Advertisement [Top]

Warga Jekulo Kudus Adakan Ritual Bulusan

Warga Jekulo Kudus Adakan Ritual Bulusan

Warta Journalism, Kudus- Selepas ramadhan usai, begitu banyak ritual di Indonesia yang dilakukan oleh berbagai warga daerah dalam merayakan suka cita lebaran. Budaya nenek moyang yang masih kental tidak hilang begitu saja seiring dengan makin meleknya teknologi di dunia termasuk di Indonesia.

Hal ini tentunya tidak terlupakan oleh salah satu masyarakat kawasan Kota Kudus Jawa Tengah. Tepatnya di dusun Sumber, desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus. Warga setempat mengadakan ritual bulusan. Dihadiri oleh bupati Kudus, Muhammad Tamzil dan wakilnya M. Hartopo. Ritual ini diadakan tanggal 8 Syawal bertepatan dengan lebaran kupatan yang berlangsung selama empat hari yaitu tanggal 9 sampai 12 Juni 2019. Selasa, (11/06/19).

Dalam peringatan ritual Bulusan kali ini, dibagi beberapa tahap acara. Pra puncak acara, puncak acara dan pasca puncak acara. Sebelum puncak acara, dimeriahkan dengan diadakannya lomba mancing mania di sepanjang aliran Sungai Sumber. Tidak hanya masyarakat sekitar yang ikut, akan tetapi juga luar desa hingga kota pun datang untuk mengikuti lomba ini.

Pemenang dari lomba mancing mania ini akan mendapatkan hadiah sebesar 10 Juta Rupiah dan hadiah lainnya.

Salah satu peserta lomba, Samijo (40) mengatakan, setiap peserta yang ikut dikenakan biaya sebesar Rp. 40.000 sebagai registrasi peserta. Terdapat sekitar 150 peserta baik warga sekitar maupun luar kota.
Dalam lomba ini siapapun bisa ikut tanpa ada batasan usia baik anak-anak maupun orang dewasa. "Kegiatan lomba mancing mania diadakan satu tahun sekali mas. Lomba ini sangat menarik minat dan partisipasi masyarakat dalam pelestarian ritual bulusan,” ujarnya.

Kemudian, pada puncak acara diadakan upacara pembukaan untuk membuka acara kirab budaya bulusan. Diadakan juga berbagai lomba untuk memeriahkan acara. Yaitu, lomba mewarnai untuk TK/PAUD sekabupaten Kudus. Di sisi lain juga ada lomba rebana sekabupaten Kudus.

Lomba ini diikuti oleh grup hadrah dari kabupaten Kudus, baik grup perempuan, grup laki- laki maupun grup campuran. Mereka menampilkan sholawat dan lantunan syair-syair Islam untuk memeriahkan acara ritual bulusan.

Peserta rebana, Aziz (21) mengatakan, lomba rebana dimulai dari jam 10.00 pagi sampai jam 16.00 sore dan dilanjut acara malam tirakat dan terbang papat. Acara ini dihadiri rata-rata orang tua dan remaja yang melantunkan syair-syair Islam dan sholawat.

“acara ini sangat meriah selain berlomba juga menjadikan keterampilan para remaja-remaja lebih berkembang dan maju,” katanya.
Selain itu memperkenalkan juga terbang papat yang sekarang telah diganti menjadi terbang modern. Pemain terbangnya lebih dari empat orang. Acara ini diadakan dari pukul 19.30 WIB sampai pukul 22.00 WIB.

Ketika acara puncak 12 Juni 2019, warga dusun Sumber membuat arak-arakan atau kirab budaya. Arak-arakan ini dimulai pukul 07.30 WIB sampai 12.00 WIB dengan membuat karya seni. Selain itu warga juga berdandan seunik mungkin untuk memeriahkan kirab budaya bulusan. Sepanjang jalan dipenuhi oleh warga yang menyaksikan acara ini.

Setelah sampai di Sumber kidul, kirab berhenti di pendopo dusun Sumber untuk membaca doa kemudian memotong tumpeng. Terdapat pula pertunjukan tari-tarian tradisional yang kental dengan budaya Indonesia, dilanjut dengan lomba Fashion Show dan Festival Band.

Upacara penutupan ditutup dengan pagelaran wayang kulit di samping pendopo dusun Sumber. Pagelaran wayang kulit dimulai sekitar pukul 21.00 WIB sampai subuh. Banyak warga yang menyaksikan pagelaran wayang kulit dan tidak ingin sejenak meninggalkan acara yang diadakan setahun sekali ini.

Sayangnya, dari kalangan anak muda kurang begitu minat akan wayang kulit. Padahal wayang kulit merupakan budaya kita yang turun temurun dan harus dilestarikan. Mayoritas yang menonton wayang kulit adalah orang tua.

Untuk masuk dan melihat festival kirab budaya Bulusan per orang ditarif lima ribu rupiah untuk sekali masuk. Harga masuk tersebut relatif murah untuk menikmati budaya yang sejak dulu sudah ada ini. (M. Hizbullah Al Arif)

No comments:

Post a Comment